Jumat, 12 Januari 2018

KISAH CINTA SEORANG REMAJA SMA

tau Jin, tetapi klo emang kita ga
bisa ketemu lagi, gimana?” Jawab
Sinta.
“Yang pasti aku bakal kehilangan
kamu banget” Jin terlihat sedih
dengan mengatakan hal tersebut.
Begitulah malam keakraban mereka
lalui dengan kesedihan karena
kemah akan usai besok dan mereka
akan segera kembali kerumah
masing-masing.
Esok hari pun tiba, saat dimana
mereka harus segera persiapan
untuk pulang. Jin yang masih
merasakan sedih akhirnya memiliki
niat untuk menembak Sinta untuk
dijadikannya seorang pacar, agar
mereka bisa terus bertemu jika
keduanya telah sama-sama sudah
kembali kerumah. Didekatinya Sinta
yang saat itu sedang mengepak
pakaiannya.
“Boleh ngomong sebentar ga?” Jin
mendekat.
“Boleh, ngomong aja Jin, ada apa?”
Sinta berdiri dan mendekat ke Jin
yang ada di luar camp.
“Tapi ga disini, bisa kita kedepan
sebentar?”
“Oh, yaudah yuk!”
Mereka berdua kedepan camp dan
disitulah Jin mengatakan bahwa dia
saya kepada Sinta. Akhirnya mereka
berdua telah menjadi sepasang
kekasih karena Sinta ternyata juga
menyukai Jin.
Dengan bertukar no handphone dan
alamat rumah, mereka berharap
akan bisa menjalin hubungan yang
langgeng nantinya.
============================================================================
Kegiatan camp sudah berlalu
sekitar 2 hari, Sinta dan Jin juga
seperti biasa melakukan
aktifitasnya masing-masing dengan
tetap saling menjaga komunikasi
mereka berdua.
Sejak hari pertama mereka sampai
dirumah, Jin sudah main kerumah
Sinta. Dia juga berkenalan dengan
orang tuanya yang terlihat sangat
ramah kepada Jin.
“Tau ga aku bawa apa?” Tanya Jin
“Bawa apaan sih, kok repot-repot?”
Sinta seakan melarang Jin
membawa sesuatu.
“Merem dulu dong, nanti baru aku
kasih surprisenya”
“Oke, deeehhh…”
“SURPISEEEEE….!!!”
“Ya ampun Jin kok sampe segitunya
sih” Jawab Sinta yang terlihat
bahagia karena dibawakan sebuah
bonek pink yang lucu.
Begitulah kejadian hari pertama
yang sangat berkesan untuk
keduanya karena sudah 2 hari sejak
camp mereka tidak bertemu.
Sejak hari pertama itulah Jin
menawarkan Sinta untuk
menjemputnya tiap hari jika
berangkat kesekolah.
Mereka tersenyum bahagia setiap
hari karena bertemu dan bercanda
bersama. Rasa sayang dan cinta
semakin dalam mereka rasakan satu
sama lain. Sampai dengan hari ke
56 mereka bersama atau tepatnya
hampir 2 bulan bersama memadu
kasih dan cinta berdua. Tidak lupa
Jin juga selalu membawa sebuah
boneka tiap hari mereka bertemu.
Walaupun mereka berdua selalu
bersama dan terlihat bahagia,
sedikitpun Jin tidak pernah
mengatakan “Aku Sayang Padamu”
kepada Sinta. Sinta-pun merasa
semakin lama tidak nyaman karena
hal tersebut.
Suatu ketika saat Jin main
kerumahnya, Sinta berkata kepada
Jin.
“Jin, kamu sayang ga sih sama
Sinta?”
“Ehmm, Aku….aku pulang dulu ya,
ini bonekanya buat kamu”
“Lho kok malah pulang”
Sinta tidak habis pikir, kenapa Jin
tidak mau mengatakan sayang
kepada dirinya. Saat ditanya sayang
atau ga, malah Jin bergegas pulang.
Sampai terbesit dalam pikiran
Sinta, apakah Jin tidak serius
sayang kepada dia ya?
Lalu tiba akhirnya Sinta yang akan
merayakan hari ulang tahunnya
yang ke 17 tahun, dan besar
harapan Sinta agar Jin bisa datang
ke hari tesebut. Karena ini
merupakan hari yang sangat
penting bagi dirinya, Sinta berpikir
tentu Jin akan memberikan sebuah
surprise yang sangat indah
sepanjang hidupnya.
Ulang tahun Sinta jatuh 2 hari lagi,
dirinya terlihat selalu bahagia saat
bersama dengan Jin.
“Kamu kenapa sih kok senyum-
senyum terus”
“Ah ga pa2 kok, cuma seneng aja”
“Oh”
Begitulah Jin yang terlihat sangat
dingin menjawab kebahagiaan
Sinta. Lalu tiba saatnya ulang tahun
Sinta yang ke 17 yang tepat jatuh
pada hari minggu. Dengan
mengenakan sebuah gaun pesta
yang cantik, Sinta menyambut
semua tamu undangan yang pada
sore itu datang kerumahnya,
karena memang acaranya
berlangsung pada sore hingga
malam.
Sudah pukul 8 malam, Jin belum
terlihat datang di pesta ulang tahun
Sinta. Dia mulai cemas dan berpikir
sesuatu yang buruk mungkin terjadi
kepada Jin.
Waktu terus berjalan, dan semua
tamupun telah pergi karena acara
telah usai. Sinta semakin cemas
dan tidak karuan karena Jin tidak
kunjung tiba. Dia mencoba
menelpon ke no handphone Jin
tetapi tidak aktif.
Dengan perasaan campur aduk,
Sinta terus menunggu Jin yang
belum datang tersebut. Sembari
berdoa dia juga berpikir, “Apa Jin
lupa hari ulang tahunku?” begitulah
yang dipikirkan oleh dirinya.
Pagi pun tiba, Sinta yang saat itu
tertidur di sofa depan tidak
menemukan Jin datang pada malam
hari ulang tahunnya. Sembari
menangis karena kecewa akhirnya
Sinta segera mandi dan bergegas
berangkat kesekolah.
Hari itu Jin tidak terlihat
menjempur Sinta seperti biasanya.
Merasa aneh dan seakan masih
kurang percaya Jin lupa dengan
hari ulang tahunnya, dia akhirnya
memutuskan untuk mampir
kesekolah Jin terlebih dahulu
sebelum berangkat kesekolahnya.
Sesampainya di sekolah, apa yang
Sinta temukan? ternyata Jin sedang
bercanda dengan teman-teman
wanitanya sembari tertawa seakan
mereka akrab satu sama lain. Sinta
yang melihat pemandangan yang
menyakitkan tersebut akhirnya
mendekati mereka dan marah
kepada Jin.
“Oh jadi gini ya kelakuan kamu
selama ga sama aku?”
“Si..Sinta?”
Dengan marah Sinta segera
bergegas pergi meninggalkan
mereka. Anehnya Jin tidak mengejar
Sinta yang marah karena peristiwa
tersebut. Sinta yang menangis saat
itu seakan tidak diperdulikan oleh
Jin.
Seharian dari sepulangnya Sinta
dari sekolah, hanya menangis
karena sakit hati kepada Jin. Dari
pagi sampai malam dia hanya
menangis terus menerus dengan
masih terpikir peristiwa tadi pagi
saat Jin bersama dengan wanita
lain.
Sudah berkali-kali Jin menelpon
tetapi Sinta mengabaikan panggilan
dari Jin tersebut dan berjanji tidak
akan pernah mau lagi bertemu
dengan Jin sampai kapanpun.
Lalu selang beberapa jam, bel
sepeda motor berbunyi dari luar
rumah Sinta. Sinta yang saat itu
memang belum tidur mendapat
pesan singkat yang berbunyi
“Tolong kamu keluar sebentar
Sinta, aku mau ngomong sama
kamu”.
Sinta yang memang sangat
mencintai Jin akhirnya tidak
menolak untuk keluar rumah untuk
menemui Jin yang saat itu berada
diluar rumah.
“Mau apa lagi kamu?! ga puas kamu
udah nyakitin aku hari ini” Tegas
Sinta dengan nada tegas dan
marah.
“Aku mau minta maaf sama kamu”
Jawab Jin dengan nada lemah.
“Maaf kata kamu?! kamu ga sadar
sudah buat aku sakit seperti ini?!”
“Sinta, aku…mau ngasih ini ke
kamu….”
Jin membawa sebuah boneka
besaaaar sekali yang tidak biasanya
boneka yang dia berikan kepada
Sinta. Tetapi Sinta semakin marah
besar kepada Jin.
“Buat apa lagi kamu bawain boneka
lagi ke aku? apa dengan membawa
boneka itu, aku akan memaafkan
kamu Jin? TIDAAAAKKK….!!!”
Dengan merebut bonek yang
dipegang oleh Jin, dibuangnya
kejalan boneka tersebut.
Dengan perasaan sedih Jin kaget
dan perlahan berjalan menuju ke
boneka tersebut berniat
mengambilnya.
Tiba-tiba terdengar dari jarak jauh
sebuah mobil yang melaju kencang
mengarah ke Jin yang tepat berada
ditengah sedang mengambil boneka
tersebut. Lalu….”BRAAAKKK…!!!!”
Jin tertabrak dan Sinta berteriak,
TIDAAAAAKKKK….!!! JIIIINNNN…..!!!
Mobil tersebut menghempaskan
tubuh Jin sampai beberapa
kilometer. Jin meninggal dunia
seketika karena pendarahan pada
bagian kepalanya. Sinta seketika itu
pingsan dan orang-orang yang
berada disekitar segara
mengamankan tubuh Jin yang sudah
tidak bernyawa lagi.
Jin telah tiada, hanya sebuah
kenangan Sinta akan kepedihan
yang tidak akan pernah kembali
untuk selamanya. Sinta merasa
sangat bersalah karena dirinya lah
yang menyebabkan kematian orang
yang paling dia sayangi.
Lalu sembari menangis, dia kembali
mencoba mengenang semua
kenangan indah bersama dengan
Jin. Dilihatnya sekeliling kamar
sambil meneteskan air mata, kamar
yang penuh dengan boneka-boneka
pemberian Jin. Dengan bertambah
sedih Sinta memeluk boneka
tersebut erat-erat, tiba-tiba “I
LOVE YOU…” “I LOVE YOU…”
“hah?” Sinta kaget…
Dari perut boneka tersebut
berbunyi “I LOVE YOU” Lalu Sinta
mulai memencet perut boneka
lainnya lalu, “I LOVE YOU” semakin
tidak percaya dipencet lah semua
perut boneka pemberian dari Jin
yang berjumlah 59 boneka
tersebut. Semakin deras air mata
Sinta, “kenapa aku ga sadar klo
selama ini Jin selalu ingin
mengatakan cinta kepadaku lewat
boneka-boneka yang ia berikan
kepadaku?”
Lalu Sinta mengambil boneka yang
paling besar dan merupakan boneka
yang ke-60 pemberian Jin kepada
dirinya sebelum jin meninggal.
Dipencetnya pula perut dari boneka
tersebut. Lalu terdengarlah
rekaman suara Jin, dia mengatakan
seperti ini”
“Sudah 60 hari kita bersama Sinta,
tetapi sampai hari ini pun aku
belum bisa mengatakan kata cinta
kepadamu. Tiap hari aku berharap
bahwa boneka ini bisa mewakili
kata cintaku tersebut untuk dirimu,
tetapi ternyata kamu tidak pernah
menyadarinya. Aku tahu bahwa aku
adalah seorang pengecut, tetapi
yang perlu kamu tahu kalau
aku….cinta….kamu sampai akhir
hayatku”
Begitulah rekaman suara Jin yang
dia berikan sesaat sebelum Jin
kecelakaan dan merenggut dirinya.
Sinta menangis dan tidak pernah
akan mendapatkan kembali sosok
Jin.






#kisahremaja #cintamonyet #antimicinmicinclub #kidzzamannow #diaryremaja #celotehremaja